Ehemmm...
Hhmm
sahabat...
Barangkali
persahabatan semacam medan magnet. Semakin kuat dua kutub serupa dipaksa
didekatkan, sekuat itu mereka saling berlawanan. Ketika dua kutub yang berbeda
didekatkan maka mereka akan sulit untuk dipisahkan. (Fahd Djibran).
Sahabat
itu apa yaa?? Hhmm mungkin bisa dibilang rasanya seperti sensasi permen “nano-nano
= manis, asam, asin” yaa ramai rasanya (korban iklan nihh). Nggak
selamanya dalam persahabatan itu menyenangkan, penuh tawa, penuh canda, nggak
selamanya seperti itu yang terasa manis. Perlu diingat terkadang sahabat itu
bisa membuat kita jengkel, menyebalkan, itu asam rasanya dan nggak enak. Yaa anggaplah
seperti medan magnet tersebut.
Sahabat
yang pernah membuat hidupmu terasa pahit, yang pernah membuat kamu kesal,
jengkel, pernah berbuat curang, berbohong, lupa dengan dirimu, maafkanlah dia. Jangan
terlalu lama memendam rasa benci dan kesal. Yaa mungkin memberi maaf terhadap
orang yang pernah berbuat kurang menyenangkan itu tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Tapi apa salahnya jika kamu berusaha unruk memaafkan
kesalahannya, walau bagaimanapun kamu pernah menyebutnya sebagai sahabat.
Jadi,
apakah bersahabat sama dan sebangun dengan menemukan manusia yanh hanya menjadi
“cermin” bagi keseluruhan diri kita? Apakah persahabatan sesederhana bentuk
relasi penuh kepentingan yang memaksakan sejumlah ketentuan seperti “senang
sama senang, susah sama susah atau berdiri sama tinggi, duduk sama rendah”?
apakah bersahabat sepecik ketidakrelaan kita melihat sahabat kita berjalan
beberapa langkah didepan kita? Benarkah persahabatan serendah menetapkan
batas-batas yang memenjarakan “kebebasan untuk menjadi manusia yang memiliki
jati dirinya sendiri”?
Aahhh,
tentu saja tidak! Persahabatan sejati tidak disandarkan pada kesepakatan
terhadap persamaan-persamaan tetapi kebijaksanaan untuk menerima dan memahami
perbedaan-perbedaan. Sebab, “seseorang yang memuji-muji dirimu sambil
menjelek-jelekkan musuhmu adalah seseorang yang sama yang di waktu lain
berkemungkinan menjelek-jelekkan dirimu dan memuji-muji musuhmu”(yes, it’s
true... I agree).
Maka,
segeralah bersalin rupa menjadi manusia yang berhenti mencintai bayangannya
sendiri. Temukanlah seseorang yang sanggup berlawanan denganmu, berselisih
denganmu, menyakiti hatimu, mengecewakanmu, tetapi dengan semua itu dia sanggup
menerima dirimu apa adanya. Memahami keutuhan dirimu yang tak melulu tumbuh
dari kebaikan tetapi juga dari najis dan dosa.
Disanalah
kita akan menemukan makna persahabatan sejati. Sebuah momen etis sekaligus
momen tragis. Hubungan tak sempurna dari sepasang manusia yang menyadari bahwa
hidup tak melulu baik-baik saja, tetapi bersama-sama menghadapi hidup dengan
ketegaran, keteguhan, dan perjuangan akan membuat kalian baik-baik saja. Bukan untuk
saling mengikat atau membatasi, tetapi saling melepaskan dan membebaskan.
Tentang
sahabat yang pernah menyakitimu, maafkanlah dia. Enyahkan rasa benci, dekaplah
dan peluklah dia dengan dekat {}. :D
Sahabat
Kepompong {}
Peluk erat sahabatmu, jangan biarkan dia merasa sendiri {}...
Fahd
Djibran – Perjalanan Rasa
(Sahabat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar