Jumat, 02 Agustus 2013

Sahabat


Ehemmm...
Hhmm sahabat...
Barangkali persahabatan semacam medan magnet. Semakin kuat dua kutub serupa dipaksa didekatkan, sekuat itu mereka saling berlawanan. Ketika dua kutub yang berbeda didekatkan maka mereka akan sulit untuk dipisahkan. (Fahd Djibran).

Sahabat itu apa yaa?? Hhmm mungkin bisa dibilang rasanya seperti sensasi permen “nano-nano = manis, asam, asin” yaa ramai rasanya (korban iklan nihh). Nggak selamanya dalam persahabatan itu menyenangkan, penuh tawa, penuh canda, nggak selamanya seperti itu yang terasa manis. Perlu diingat terkadang sahabat itu bisa membuat kita jengkel, menyebalkan, itu asam rasanya dan nggak enak. Yaa anggaplah seperti medan magnet tersebut.

Sahabat yang pernah membuat hidupmu terasa pahit, yang pernah membuat kamu kesal, jengkel, pernah berbuat curang, berbohong, lupa dengan dirimu, maafkanlah dia. Jangan terlalu lama memendam rasa benci dan kesal. Yaa mungkin memberi maaf terhadap orang yang pernah berbuat kurang menyenangkan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi apa salahnya jika kamu berusaha unruk memaafkan kesalahannya, walau bagaimanapun kamu pernah menyebutnya sebagai sahabat.


Jadi, apakah bersahabat sama dan sebangun dengan menemukan manusia yanh hanya menjadi “cermin” bagi keseluruhan diri kita? Apakah persahabatan sesederhana bentuk relasi penuh kepentingan yang memaksakan sejumlah ketentuan seperti “senang sama senang, susah sama susah atau berdiri sama tinggi, duduk sama rendah”? apakah bersahabat sepecik ketidakrelaan kita melihat sahabat kita berjalan beberapa langkah didepan kita? Benarkah persahabatan serendah menetapkan batas-batas yang memenjarakan “kebebasan untuk menjadi manusia yang memiliki jati dirinya sendiri”?

Aahhh, tentu saja tidak! Persahabatan sejati tidak disandarkan pada kesepakatan terhadap persamaan-persamaan tetapi kebijaksanaan untuk menerima dan memahami perbedaan-perbedaan. Sebab, “seseorang yang memuji-muji dirimu sambil menjelek-jelekkan musuhmu adalah seseorang yang sama yang di waktu lain berkemungkinan menjelek-jelekkan dirimu dan memuji-muji musuhmu”(yes, it’s true... I agree).

Maka, segeralah bersalin rupa menjadi manusia yang berhenti mencintai bayangannya sendiri. Temukanlah seseorang yang sanggup berlawanan denganmu, berselisih denganmu, menyakiti hatimu, mengecewakanmu, tetapi dengan semua itu dia sanggup menerima dirimu apa adanya. Memahami keutuhan dirimu yang tak melulu tumbuh dari kebaikan tetapi juga dari najis dan dosa.

Disanalah kita akan menemukan makna persahabatan sejati. Sebuah momen etis sekaligus momen tragis. Hubungan tak sempurna dari sepasang manusia yang menyadari bahwa hidup tak melulu baik-baik saja, tetapi bersama-sama menghadapi hidup dengan ketegaran, keteguhan, dan perjuangan akan membuat kalian baik-baik saja. Bukan untuk saling mengikat atau membatasi, tetapi saling melepaskan dan membebaskan.

Tentang sahabat yang pernah menyakitimu, maafkanlah dia. Enyahkan rasa benci, dekaplah dan peluklah dia dengan dekat {}. :D
Sahabat Kepompong {}
Peluk erat sahabatmu, jangan biarkan dia merasa sendiri {}... 

Fahd Djibran – Perjalanan Rasa
(Sahabat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar