Sabtu, 17 Agustus 2013

Majas Perbandingan


   1.      Alegori (allgoria : allos, lain, agoreurein : ungkapan, pernyataan) adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
a.  Burung merpati menggambarakan perdamaian. (perilaku burung merpati memberikan gambaran lengkap sebagai burung yang cinta damai)
b.      Hidup manusia seperti roda, kadang-kadang dibawah, kadang pula diatas.

   2.      Alusio adalah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena selain ungkapan itu sudah dikenal juga pembicara atau penulis ingin menyampaikan maksud secara tersembunyi.
a.       Ah, kau ini, seperti kura-kura dalam perahu. (lengkapnya, ah, kau ini, seperti kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu)
b.      Memberikan barang atau nasihat seperti itu kepadanya, engkau seperti memberikan bunga kepada sesekor kera.
c.       Kalau ada sumur diladang, bolehkah saya menumpang mandi?

   3.      Simile adalah pengungkapan dengan menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai.
a.       Caranya bermain selalu mengagetkan, seperti petasan.
b.     Dan ia pun bercerita, betapa dia selalu memimpikan hidupnya mengalir seperti bossanova. Tal terlalu banyak kejutan, seperti jazz.

   4.      Metafora (Yun. Metaphore : meta : diatas, pherein : membawa) adalah pengungkapan berupa perbandingan analogis satu hal dengan hal lain, dengan menghilangkan kata-kata seperti, layaknya, bagaikan, dan sebagainya.
a.     Generasi muda adalah tulang punggng negara (genarasi muda dianalogikan sebagai tulang punggung)
b.      Dan ia pun bercerita, betapa dia selalu memimpikan hidupnya mengalir seperti bossanova atau  jazz.

  5. Antropomorfisme adalah bentuk metofora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
a.      Seteleh sampai di kaki gunung, ia duduk-duduk di mulut sungai.
b.   Ketika sampai di mulut jurang, hatinya ragu-ragu, adakah ia berani melanjutkan perjalanan.

   6.  Sinestesia adalah bentuk metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan kepada indra yang lain.
a.       Kata-katanya (untuk telinga) memang terkenal pedas. (untuk pegecap atau lidah).
b.      Permen nona-nona rasanya rame-rame!
c.       Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.

   7.    Antonomasia adalah penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri sebagai nama jenis.
a.       Lho, Mbakyu, kalau begini aku harus bagaimana?
Masakan  aku harus melepas bekisarku, meski katanya, dia hanya mau pinjam sebentar.
b.      “... jangan seperti anak kemarin sore, colonel. Kalau mereka meninginkan kematianku, baiklah.” “mungkin  inin jalan terbaik, jendral”

   8.      Aptronim adalah pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
a.       Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil karto gerobak.
b.      Tentu Karto gerobak tidak ada sangkut-pautnya dengan si gendut, anak Tarsih tetengga sebelah.

   9.      Metonomia adalah bentuk pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merk, cirri khas atau menjadi atribut.
a.       Saat ini aku mulai melayang karena dua butir blue diamond yang sekalugus kutenggak.
b.      Maya memang menyukai bassanova, dan ia pun bercerita betapa dia selalu memimpikan hidupnya mengalir seperti sebuah bassanova. Tak terlalu banyak kejutan, seperti jazz.

  10.  Hipokorisme adalah penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib antara pembicara dengan yang dibicarakan.
a.       Bawuk atau tole adalah sebutan karib untuk anak permpuan dan laki-laki.
b.      Lama otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang embuat otok terkesima.

   11.  Litotes adalah ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.
a.       Tanpa bantuan anda sekalian, pekerjaan saya ini tidak mungkin selesai.
b.      Mampirlah ke rumah saya yang tak berpa luas
c.       Aku hanya bisa memberikan bantuan ala kadarnya dan tidak seberapa. Silakan diterima dengan senang hati

  12.  Hiperbola (Yun. Huperbola ; huper, diatas, melampaui, terlalu, ballo, melempar) adalah cara pengungkapan dengan melibih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan itu menjadi tidak masuk akal.
a.       Hatiku hancur mengenang dikau, berkeping-keping jadinya.
b.      Ombak setinggi gunung menghantam rumah-rumah dan menghanyutkan ribuan manusia. Dan orang-orang aceh kehabisan air mata karena sedih oleh musibah Tsunami itu.

  13.  Personifikasi atau penginsanan adalah cara pengungkapan dengan menjadikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
a.       Lampu-lampu penduduk dipinggir jalan berlarian kebelakang.
b.      Angin mendesah, mengeluh dan mendesah.

   14.  Depersonifikasi adalah cara pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
a.       Jika aku bunga, engkau kumbangnya.
b.      Engkaulah bulanku, pelita malamku
.
  15.  Pras pro toto  adalah sinekdoke berupa mengungkapkan sebagaian dari objek untuk menunjuk keseluruh objek tersebut.
a.       Nah, sendok dan garpu telah tersedia, silakah nikmati dengan tanpa sungkan-sungkan.
b.      Tatapan matanya telah meruntuhkan hatiku.

  16.  Totum pro parte adalah sinekdoke berupa mengungkapkan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagaian saja.
a.  Tidak kusangka, Indonesia ternyata dapat menyabet gelar The Absolute Winner dalam olimpiade fisika tahun 2006.
b.      Kata Amien Rais : Bangsa kita kehilangan kemandirian (kompas, 27/12/2006)

   17.  Eufemisme (Yun. Euphemismos; eu, baik, pheme, perkataan, imos, tindakan) adalah menggantikan kata-kata yang dipandang tadu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
a.      Maaf Pak, saya minta izin ke belakang.
b.      Kaum tuna wisma semakin bertambah saja di kota ini
.
  18.  Disfemisme adalah mengungkapkan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagiamana adanya.

   19.  Fable adalah menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berfikir dan bertutur kata.
a.       Kancil diam sejenak. Kebun mentimun siapakah gerangan ini?
b.      Mengetahui bahwa kancil telah menipunya geramlah hati harimau.

  20.  Parable adalah ungkapan pelajaran atau nialai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita

   21.  Perifrase adalah ungkapan yang panjang sebagai pengganti penungkapan yang lebih pendek.
a.  Ke manapun ia pergi, besi tua bermerk Yamaha produksi tahun 1970 selalu menemaninya.
b.      Aku lebih merasa nyaman naik gerbong panjang yang berjalan diatas rel.

  22.  Eponym adalah majas perbandingan dengan menjadikan nama orang sebagai tempat atau perantara. Misalnya Gelora Bung Karno, Gunung Sukarnapura, Rezim Soeharto, lapangan Trikora.

   23.  Simbolik adalah melukiskan sesuatu dengan menggunakan symbol atau lambing untuk menyatakan suatu maksud.
a.      Lelaki buaya darat
b.      Katakanlah cinta dengan bunga.


Sumber :
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar