1.
Alegori
(allgoria : allos, lain, agoreurein :
ungkapan, pernyataan) adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau
penggambaran.
a. Burung merpati
menggambarakan perdamaian. (perilaku burung merpati memberikan gambaran lengkap
sebagai burung yang cinta damai)
b.
Hidup manusia seperti roda, kadang-kadang dibawah, kadang pula diatas.
2.
Alusio
adalah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena selain ungkapan itu
sudah dikenal juga pembicara atau penulis ingin menyampaikan maksud secara
tersembunyi.
a. Ah,
kau ini, seperti kura-kura dalam perahu.
(lengkapnya, ah, kau ini, seperti kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu)
b. Memberikan
barang atau nasihat seperti itu kepadanya, engkau seperti memberikan bunga kepada sesekor kera.
3.
Simile
adalah pengungkapan dengan menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan
dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai.
a. Caranya
bermain selalu mengagetkan, seperti
petasan.
b. Dan
ia pun bercerita, betapa dia selalu memimpikan hidupnya mengalir seperti bossanova. Tal terlalu banyak
kejutan, seperti jazz.
4.
Metafora
(Yun.
Metaphore : meta : diatas, pherein : membawa) adalah pengungkapan
berupa perbandingan analogis satu hal dengan hal lain, dengan menghilangkan
kata-kata seperti, layaknya, bagaikan, dan sebagainya.
a. Generasi
muda adalah tulang punggng negara
(genarasi muda dianalogikan sebagai tulang punggung)
b. Dan
ia pun bercerita, betapa dia selalu memimpikan hidupnya mengalir seperti bossanova atau jazz.
5. Antropomorfisme
adalah bentuk metofora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan
dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
a.
Seteleh sampai di kaki gunung, ia duduk-duduk di mulut sungai.
b. Ketika
sampai di mulut jurang, hatinya
ragu-ragu, adakah ia berani melanjutkan perjalanan.
6. Sinestesia adalah bentuk metafora berupa
ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan kepada indra yang
lain.
a. Kata-katanya
(untuk telinga) memang terkenal pedas. (untuk pegecap atau lidah).
b. Permen
nona-nona rasanya rame-rame!
c. Betapa
sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.
7. Antonomasia
adalah penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri sebagai nama jenis.
a. Lho, Mbakyu,
kalau begini aku harus bagaimana?
Masakan
aku harus melepas bekisarku,
meski katanya, dia hanya mau pinjam sebentar.
b.
“... jangan seperti anak kemarin
sore, colonel. Kalau mereka
meninginkan kematianku, baiklah.” “mungkin
inin jalan terbaik, jendral”
8.
Aptronim
adalah
pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
a. Karena
sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil karto gerobak.
b. Tentu
Karto gerobak tidak ada sangkut-pautnya dengan si gendut, anak Tarsih tetengga sebelah.
9.
Metonomia
adalah bentuk pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi
merk, cirri khas atau menjadi atribut.
a. Saat
ini aku mulai melayang karena dua butir
blue diamond yang sekalugus kutenggak.
b.
Maya memang menyukai bassanova, dan ia pun bercerita betapa
dia selalu memimpikan hidupnya mengalir seperti sebuah bassanova. Tak terlalu banyak kejutan, seperti jazz.
10.
Hipokorisme
adalah penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib antara pembicara dengan yang dibicarakan.
a. Bawuk
atau tole adalah sebutan karib untuk
anak permpuan dan laki-laki.
b. Lama
otok hanya memandangi ikatan bunga
biji mata itu, yang embuat otok
terkesima.
11.
Litotes
adalah
ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.
a. Tanpa bantuan anda sekalian,
pekerjaan saya ini tidak mungkin selesai.
b.
Mampirlah ke rumah saya yang tak berpa luas
c. Aku
hanya bisa memberikan bantuan ala
kadarnya dan tidak seberapa. Silakan diterima dengan senang hati
12.
Hiperbola
(Yun. Huperbola ; huper, diatas,
melampaui, terlalu, ballo, melempar)
adalah cara pengungkapan dengan melibih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan
itu menjadi tidak masuk akal.
a. Hatiku
hancur mengenang dikau, berkeping-keping
jadinya.
b. Ombak
setinggi gunung menghantam
rumah-rumah dan menghanyutkan ribuan manusia. Dan orang-orang aceh kehabisan air mata karena sedih oleh
musibah Tsunami itu.
13.
Personifikasi
atau
penginsanan adalah cara pengungkapan dengan menjadikan benda mati atau tidak
bernyawa sebagai manusia.
a. Lampu-lampu
penduduk dipinggir jalan berlarian kebelakang.
b.
Angin mendesah, mengeluh dan mendesah.
14.
Depersonifikasi
adalah cara pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak
bernyawa sebagai manusia.
a. Jika
aku bunga, engkau kumbangnya.
b. Engkaulah
bulanku, pelita malamku
.
15.
Pras
pro toto adalah
sinekdoke berupa mengungkapkan sebagaian dari objek untuk menunjuk keseluruh
objek tersebut.
a. Nah,
sendok dan garpu telah tersedia,
silakah nikmati dengan tanpa sungkan-sungkan.
b. Tatapan matanya telah
meruntuhkan hatiku.
16.
Totum
pro parte adalah sinekdoke berupa mengungkapkan keseluruhan
objek padahal yang dimaksud hanya sebagaian saja.
a. Tidak
kusangka, Indonesia ternyata dapat
menyabet gelar The Absolute Winner dalam
olimpiade fisika tahun 2006.
b. Kata
Amien Rais : Bangsa kita kehilangan
kemandirian (kompas, 27/12/2006)
17.
Eufemisme
(Yun. Euphemismos; eu, baik, pheme, perkataan, imos, tindakan) adalah
menggantikan kata-kata yang dipandang tadu atau dirasa kasar dengan kata-kata
lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
a.
Maaf Pak, saya minta izin ke belakang.
b. Kaum
tuna wisma semakin bertambah saja di
kota ini
.
18.
Disfemisme
adalah
mengungkapkan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagiamana
adanya.
19.
Fable
adalah
menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berfikir dan bertutur
kata.
a. Kancil
diam sejenak. Kebun mentimun siapakah gerangan ini?
b. Mengetahui
bahwa kancil telah menipunya geramlah hati harimau.
20.
Parable
adalah ungkapan pelajaran atau nialai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam
cerita
21.
Perifrase
adalah
ungkapan yang panjang sebagai pengganti penungkapan yang lebih pendek.
a. Ke
manapun ia pergi, besi tua bermerk Yamaha
produksi tahun 1970 selalu menemaninya.
b.
Aku lebih merasa nyaman naik gerbong panjang yang berjalan diatas rel.
22.
Eponym
adalah majas perbandingan dengan menjadikan nama orang sebagai tempat atau
perantara. Misalnya Gelora Bung Karno, Gunung Sukarnapura, Rezim Soeharto,
lapangan Trikora.
23.
Simbolik
adalah
melukiskan sesuatu dengan menggunakan symbol atau lambing untuk menyatakan
suatu maksud.
a.
Lelaki buaya darat
b.
Katakanlah cinta dengan bunga.
Sumber :
Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar